MAKALAH
DURHAKA
KEPADA ORANGTUA
Disusun
oleh :
LUKMAN KHAKIM (1312858)
MUH. AWALUDDIN (1312886)
NURSEHA (1312910)
NURUL AMALIA (1312928)
STIA
PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
Tahun Ajaran
2013 / 2014
Kata Pengantar
Puji
dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin
dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul ’’ Durhaka Kepada
Orang Tua” dengan tepat pada waktunya.
Tugas
makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam . Dan juga kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr.H.M.Sabit
AT,M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga tugas makalah
Pendidikan Agama Islam ini dapat selesai
tepat waktu .
2 kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini.
3. Semua pihak
yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam
mengerjakan tugas makalah Pendidikan
Agama Islam ini .
Kami
menyadari bahwa makalah Pendidikan Agama
Islam ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan tugas makalah Pendidikan Agama
Islam ini .
Dengan
demikian kami mengharapkan semoga tugas makalah
Pendidikan Agama Islam ini dapat
memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Sengkang, 17 November 2013
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.......................................................i
DAFTAR isi ........................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.............................................................2
BAB II PENDAHULUAN
A. Pengertian Durhaka......................................................................................3
B. Ciri-Ciri Anak
Durhaka...........................................................................4
C. Hadits Dan Al-Quran
Yang Mencakup Tentang Durhaka
Kepada Kedua Orang
Tua.........................................................................5
D. Bahaya-Bahaya Durhaka, Azab Dan Dosa Durhaka
Terhadap Orang Tua................................................................................6
E. Hukuman Bagi Orang Yang Durhaka Kepada Kedua
Orang Tuanya................................................................................................8
F. Sebab-Sebab Anak
Durhaka Dan Cara Mengatasinya.................9
G. Kisah Nyata Yang
Berkaitan Dengan Anak Yang Durhaka
Kepada Orang Tua.........................................................................................11
BAB III PENUTUP
B.
Saran........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbakti kepada
orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan
amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal
lainnya berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya.
Perintah berbakti
kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan perintah untuk taat
kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh
manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi
anak-anak, menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang
tidak berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling
besar setelah syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya
hari kiamat, bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan.
Perbuatan berbakti
atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat berdampak bagi
pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak dampak
perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang berbakti kepada
kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan keselamatan
selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang
tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya,
kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang
tua, sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalu mewarnai
kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang, menyakiti, dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan
kepada orang tuanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu durhaka dan apa macam-macamnya ?
2. Apa ciri-ciri anak
durhaka?
3. Apa saja hadits dan
al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua?
4. Apa
bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua ?
5. Apa sajakah hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya?
6. Apa yang
menyebabkan seorang anak durhaka kepada kedua orang Tuanya dan bagaimana cara menanggulanginya ?
7. Apa peristiwa nyata yang berkaitan dengan anak yang
durhaka kepada orang tua ?
C. Tujuan pembahasan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian durhaka dan macam-
macamnya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui al-Quran dan hadits tentang
durhaka
3. Mahasiswa
dapat mengetahui hukuman bagi orang yang durhaka kepada
orang tuanya.
4. Mahasiswa
tahu sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya.
5. Mahasiswa
tahu peristiwa kisahnyata yang berkaitan dengan anak yang durhaka kepada orang tua
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Durhaka
Bakti (dalam
bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan
akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka
memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan
hal-hal yang wajib atau maksiat.
Adapun lawan kata
bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada
mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq
(durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut
syara’ Durhaka adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua
orang tuanya.
B.
Ciri-Ciri Anak Durhaka
- Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
- Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. dan juga Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.
- Membentak atau menghardik orang tua / mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih,
- Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
- Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
- Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
- Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
- Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
- Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
- Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.
11. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya.
Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya dan Mengumpat kedua
orang tuanya di depan orang banyak dan
menyebut-nyebut kekurangannya.
12. Menajamkan
tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka
berdua karena suatu hal.
13. Membuat kedua orang tua bersedih dengan
melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi
ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.
14. Malu
mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang
tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan
lainnya.
15. Tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua
dan mencium tangannya.
C.
Hadits dan Al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada
kedua orang tua
Durhaka kepada
kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah Swt, berfirman:
وقضى ربك الاّ تعبدوا إلا إياه
وبالوالدين إحساناً إما يبلغنّ عندك الكبر أحدهما او كلاهم فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما
وقل لهما قولا كريماً(الإسراء:23)
Artinya: dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak
menyembah keculai kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Diriwayatkan dari
Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, dia
berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian
(jika) aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan (sesuatu)
dengan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar,
lalu beliau duduk, kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan
kesaksian palsu. “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau
terus mengulang-ngulang perkataan itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau
diam.” (Shahih Bukhori, juz 187, hlm. 372, Hadits No.
5519)
D.
Bahaya-bahaya
durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua.
1. Haram masuk surga.
“Ada tiga jenis orang yang
diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat,
pendurhaka terhadap kedua orang
tua, dan
seorang dayyuts (merelakan
kejahatan berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)” . [H.R. Nasa’i
dan Ahmad].
2.
Dimurkai Allah SWT.
“keridhaan Allah tergantung
keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung
pada murka kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).
3.
Allah tidak menerima shalatnya.
“Allah tidak akan menerima shalat
orang dibenci kedua orang tuannya yang
tidak menganiaya kepadannya”. (H.R.
Abu al-Hasan bin Makruf)
Ada tiga golongan yang Allah tidak
menerima (amal kebajikannya) dari yang
sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya,
dan orang yang mendustakan takdir”. (H.R. Thabrani).
4.
Dipecat sebagai pengikut nabi SAW.
“bukan
termasuk dari golongan kami orang yang diperluas rezekinnya oleh Allah lalu ia kikir dalam menafkahi
keluargannya”. (H.R.
ad-Dailamy).
5. Mendapat “gelar” kafir.
“jangan membenci kedua orang tuamu.
Barang siapa mengabaikan kedua orang
tua, maka dia kafir”. (H.R. Muslim).
6.
Balasan azab dengan segera didunia.
Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu
bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersauba,
“setiap dosa akan diakhirkan oleh
Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat,
kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada
pelakunnya didalam hidupnya sebelum
mati”.
Dari Aisyah r.a. ia berkata,
Rasulullah Saw. Bersabda,
“dikatakan
kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku tidak akan
mengampuni. “Dan dikatakan kepada
orang yang berbakti kepada orang tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu Nu’aim).
8.
membatalkan Seluruh Amal.“ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a) syirik kepada Allah, (b) durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu dan jahil”. (H.R. Thabrani).
9. Haram mencium aroma surga.
Bau surga yang radiusnya sejauh 1000
tahun perjalanan itu tak bisa dirasakan
oleh orang durhaka. Benar2 dahsyat.
“sesunguhnya aroma surga itu tercium
dari jarak perjalanan seribu tahun, dan
demi Allah tidak akan mendapatinnya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).
10.
Terputus rezekinnya.
“apabila seseorang tidak
meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka
akan terputus rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).
Seseorang yang Tidak mendoakan kedua
orang tuanya termasuk kategori orang
yang durhaka terhadap orang tuannya. Oleh karena itu, orang tua wajib mendapatkan doa dari anaknya.
11.
Orang yg mendapat Kerugian besar.
“sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan
hina, sungguh kecewa dan hina orang
yang mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga”. (H.R. Muslim).
12.
Dibenci Allah.
“Barang siapa ridha kepada kedua
orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah.
Dan barang siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”. (H.R.
Ibnu an-Najjar).
E.
hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya.
Umat Islam sepakat
bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang diharamkan dan
termasuk dosa besar yang sudah disepakati
keharamannya. Barang siapa yang
durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya
dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun hukuman di
dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang
dikabarkan oleh sang pembawa rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata:
“Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua,
dan murka Allah itu terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman,
Baihaqi, Juz
16, hlm. 338, Hadits no. 7584)
Barang siapa yang
dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh seluruh
makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya.
Diantara hukuman
bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah:
1. Pelakunya
menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah saw.
Artinya: “Allah melaknat orang yang
mengubah batas (patok) tanah: Allah
melaknat budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan jalan orang yang buta; Allah melaknat
orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allah
melaknat orang yang melakukan hubungan
seksual dengan binatang; Allah
melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya; dan Allah melaknat orang yang
melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.”
(Musnad Imam
Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765)
2. Rizkinya akan
dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz (tipuan) baginya.
Dengan
demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah akan melapangkan rizkinya. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits:
Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan membina
hubungan silaturahmi.” (Al Mustadrak, al- Hakim,Juz
17, hlm 128, hadits no. 7389)
3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan
4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang
buruk, ia
berpeluang meninggal dalam keadaan buruk,
seperti mati dalam keadaan
maksiat.
5. Amalnya tidak
diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu
Umamah al Bahili, bahwa Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang
Allah tidak akan menerima sharf dan
tidak pula adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering
menyebut-nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.”
(al-Ibaanah al-Kubraq,
Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits
no. 153)
F. sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya
Ada beberapa hal
yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang
tuanya, diantaranya:
1. Tidak mengetahui
keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman
atas kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Adanya sikap
orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan
sebagian anak atas sebagian lainnya atau dalam
kata lain adanya ketidakadilan yang
diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
3. Kelalaian dari
orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4. Berteman dengan
orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong
sahabatnya menentang orang tuanya.
Diriwayatkan
dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw
bersabda:
Artinya :
“(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena itu,
hendaklah salah seorang diantara kalian
memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685)
Itulah factor-faktor yang menyebabkan
anak durhaka kepada orang tuanya. Namun jika ditelaah lebih lanjut, faktor
utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa
berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak
aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang
adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah
cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya.
Allah berfirman:
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu.” (HR.
Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak
merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua
selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat
salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa`
Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak
melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang
bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan
petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil
memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu,
memberikan bimbingan dan arahan.
Salah seorang ulama yang merupakan
pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar
dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap
kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong,
munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal
Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang
keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan
dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam
lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang
sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi
manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.
G. Kisah nyata tentang anak yang durhaka kepada
orang tuanya.
Kisah
ini terjadi pada zaman Rasulullah saw. Pada suatu hari Rasulullah saw
mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar
membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah
saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda yang
sedang sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang
ibu menjawab : Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian
Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini
sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu
Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ
يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ
وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Wahai
Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang
pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah,
apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang
laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia
mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling
dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya.
Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
1).
Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat
sakaratul maut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanya arti durhaka menurut syara’ adalah setiap perbuatan
atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.
Allah Swt,
berfirman:
وقضى ربك الاّ تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحساناً إما
يبلغنّ عندك الكبر أحدهما او كلاهم فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريماً(الإسراء:23)
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak
menyembah keculai kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]:
23)
Jadi durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan untuk itu marilah kita menghormati dan
menghargai orang tua ,atas jasa-jasa orang tua kita yang sudah melahirkan dan
membesarkan kita Dan semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang durhaka.
B.
SARAN
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya
Daftar Pustaka
http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua/
No comments:
Post a Comment