RESENSI
BUKU
"GURU BUKAN TUKANG MENGAJAR"
JULYASMAN, S.Pd
SEKOLAH GURU
INDONESIA – DOMPET DHUAFA (SGI-DD)
2. Pengarang : Sudaryanto
3. Jenis Buku : Non Fiksi / Pendidikan
Penerbit : Pedagogia, Yogyakarta
4. Tebal Halaman:
210 halaman
5. Tahun Terbit : Januari 2012
6.. No. ISBN : 978-602-7515-00-0
Pengarang yang merupakan guru bahasa Indonesia lebih
banyak membahas dan mengulas secara kebahasaan dan kepenulisan. Dalam buku ini,
penulis membagi ke dalam lima bagian. Di awal, penulis lebih mengangkat
bagaimana profesi guru baik dari sisi keguruan, kependidikan, sudut pandang
masyarakt sehari-hari dan kondisi real guru
sekarang ini. Bagian kedua, membahas pandangan penulis terhadap sertifikasi dan
UU guru dan dosen. Bagian ketiga, mengangkat semangat dan inspirasi dari
seorang guru. Keempat, penulis mulai mengajak bagaimana guru mampu menjadi
inovator melalui tulisan, karya, dll. Bagian kelima merupakan harapan-harapn
penulis menuju guru yang professional bukan protesional, sedikit-sedikit
mengeluh baik gaji, tugas, dan tidak mampu mengembangkan diri.
Guru sering kali menjadi tukang mengajar, memposisikan
dirinya sebagai pendidik masih kurang dalam bahasan buku ini. Ada tiga hal yang
paling sering diulang dan menjadi permasalahan utama yang disampaikan oleh
pengarang. Pertama, perihal kualitas guru. Satu juta lebih guru SD
masih berlatar belakang guru pendidikan SMP. Untuk tingkat SMP Negeri, dari
hampir 300.000 guru separuhnya di bawah sarjana. Adapun SMK Negeri, 50 persen
gurunya juga di bawah sarjana. Kondisi-kondisi sekolah swasta terutama di
daerah sangat jauh beda perbandingannya dengan sekolah negeri.
Persoalan yang kedua
ialah perihal kesejahteraan guru. Masalah
kesejahteraan sering kali menjadi tuntutan sehingga orang merasa enggan memilih
profesi guru sebagai pilihan profesi yang utama. Bahkan, orang yang telah
mengabdi bertahun-tahun di jalur ini tak sedikit yang pada akhirnya
“menggadaikan” profesi tersebut. Saat ini, guru berstatus PNS berpenghasilan
sudah di atas upah minimum regional (UMR), sedangkan guru PNS Golongan IIIB
masih menerima Rp. 700.000. Namun, masih ada guru yang berpenghasilan jauh di
bawah angka tersebut, khususnya guru honorer dilembaga pendidikan milik
masyarakat yang tidak memadai secara finansial. Padahal, guru honorer jumlahnya
dikirakan sekitar 2 juta orang di tanah air.
Ketiga, perihal diskriminasi status guru yang sering
menjadi bias di dalam profesi baik antar guru senior dengan guru junior, guru
muda dengan guru tua, guru PNS dengan guru honorer, belum lagi ada status guru
sukarelawan. Mereka memang melakukan tugas yang sama namun statusnya berbeda.
Penghapusan diskriminasi status memerlukan kemampuan pemerintah untuk mengintervensi
melalui subsidi agar penghasilan mereka dapat meningkat. Dengan begitu,
nantinya pembedaan kompetensi hanya berdasarkan pada kualifikasi pendidikan
masa kerja. Kualifikasi yang dimaksud di sini tentunya berkaitan erat dengan
nuansa kompetensi, yang lebih cenderung memuat aspek kemampuan dan kewenangan,
yang diantaranya dipandang dari aspek persiapan dan pelatihan sebagai guru.
Buku ini diharapkan profesi guru menjadi sebuah tuntunan
bukan tuntutan. Dengan begitu, guru mampu memahami peranannya secara utuh dan
menyeluruh sehingga peran guru secara intern mengena baik dalam diri, tingkah
laku serta menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari dengan memahami makna
esensi guru yang sebenarnya. Buku ini direkomendasikan suntuk dibaca terutama
oleh para guru.
sumber : http://sgitigabuton.blogspot.com/2012/08/j4-resensi-buku-guru-bukan-tukang.html
No comments:
Post a Comment